Minggu, 19 Juni 2011

Kabar Duka dari Merapi

Hari itu (Rabu, 17 Nov 2010, bertepatan dg Idul Adha yg ditetapkan pemerintah) aku berkesempatan naik ke lereng Merapi paling tinggi yg mungkin dicapai, setelah erupsi pertama tgl 26 Oktober dan erupsi kedua tanggal 5 November 2010. 

Pagi, 17 November 2010, dusun Pangukrejo, Cangkringan, Sleman,
waktu menunjukkan pukul 6 lewat 13 menit, sinar mentari pagi masih semburat

Waktu itu, semua jalan menuju Merapi dijaga oleh polisi, org2 yg tidak punya kepentingan dilarang memasuki kawasan Merapi. Jalan2 masuk perkampungan juga dijaga oleh warga, utk menghindari hal2 yg tak diinginkan, misalnya pencurian atau penjarahan. Ditemani pak Sunar, salah satu pengungsi yg sementara tinggal di Gedung TPA di kampungku, kami melewati 'jalan tikus' yg lepas dari penjagaan, dan naik hingga Pangukrejo (Umbulharjo), Jambu (Kepuhharjo), dan juga tepian Kali Gendol (dusun Pager Jurang).
 


Luluh lantak... Sisi lain terjangan maut si wedus gembel..
Klo liat ini, aku jadi teringat Gempa Bantul dulu..

Ternak yg tak sempat diselamatkan, tinggal kulit dan tulang belulang.

Sepeda tak bertuan

Salah satu dapur rumah penduduk di dusun Pager Jurang

Dengan hati miris, ditemani bau anyir bangkai ternak yg tak sempat diselamatkan, serta bau belerang yg masih cukup terasa, aku menyaksikan begitu banyak bukti kekuasaan Allah, sebuah kiamat kecil yg digelar kasat mata.. Dg perasaan sedikit was2, aku terus berjalan naik hingga kira2 1 km, sambil menganbil apa saja yg bisa kufoto. Tak ada satu pun penduduk terlihat, semuanya mengungsi. Hanya ada satu-dua fotografer yg mengambil gambar, selebihnya adlah para relawan yg menyisir sisa2 reruntuhan, dan pemantau, yg melaporkan kondisi terkini Merapi.

Sang pemantau Merapi, melaporkan kondisi terkini Merapi melalui pesawat HT. Jika keadaan tiba2 memburuk, ia harus siap kapan saja utk melarikan diri ke bawah atau ke tempat yg aman

Sembari mengambil ratusan foto, basah bibirku oleh takbir dan tasbih, luruh hatiku oleh takjub, dan runduk kedua mataku tak kuasa menahan tangis...

Ya Allah, ampuni hambaMu ini... Tunjukkan jalan utk senantiasa mensyukuri semua nikmat2Mu, dan tunjukkan hidayah utk senantiasa taat kepadaMu...
Semoga sedikit rekaman lensaku ini, bisa mengetuk hati kita bersama, dan jadikan renungan tuk kehidupan yg lebih baik esok hari... Amiin.. insya Allah..

5 komentar:

  1. amin, sedih melihatnya mas, meskpun hanya bsa melihat dari capture foto2 mas, tetep harus terus berdoa semoga para korban dimudahkan perjalanannya kesana dan yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan pelajran berarti...

    salam persohiblogan ^_^

    BalasHapus
  2. Amiin... matur nuwun, mas... Salam...

    BalasHapus
  3. walau cuma sekilas, ato mungkin ini masih sebagian kecil. tapi bener2 uda bisa ngegambarin gimna penderitaan mereka..

    smoga diberikan jalan yang terbaik buat para korban. amiin.. >.<

    hasil jepretan'na keren (banget), =)

    BalasHapus
  4. subhanallah...keren mas..si akunya yg juga tinggal di jbja malah blum pernah liat hasil bncana merapi itu..hiks..payah ya....
    pdhal aku pnasaran bgt pingin liat dr deket loh mas...

    BalasHapus
  5. Ammiin... Terima kasih, minityc..
    Iya, masih banyak foto lain, bisa dicek di FB... :)

    Nick Salsabila, hehe... sempetin, lah... syukur bantu2 juga dikit2...
    Tp klo sekarang mgkn udah tak separah waktu itu..
    Makasih yaa...

    BalasHapus

Klo Anda tertarik utk membaca posting lainnya, silahkan klik di entry: Popular Post, Archives, atau Index Categories, di kolom sebelah kanan. Matur nuwun..

Galeri Foto di Facebook:

Silahkan kunjungi juga galeri foto2ku yg lebih lengkap di facebook:
http://www.facebook.com/media/albums/?id=100000582696736

Kabar Sahabat